• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Ketum Forkodetada Jabar: Jati ulah kasilih ku Junti

img

Mengabarkan Polos.jpg

Belum lama ini, Senin, 7 April 2025, melalui sambungan telepon seluler,  Ketua Forum Koordinasi Desain Penataan Daerah Jawa Barat (Forkodetada Jawa Barat)  Rd. H. Holil Aksan Umarzen, menyampaikan berdasarkan hasil Musyawarah para Tokoh dan Sesepuh Sunda di Bandung, diantaranya mengenai,  Sunda Besar dan Sunda Kecil namanya telah hilang dalam peta Nusantara, Penamaan Jawa Barat telah mengaburkan identitas asli kita sebagai Bangsa Sunda, dan hilangnya aksara Sunda.

Melalui sambungan telepon selular, Rd. H. Holil Aksan Umarzen menyampaikan, "Diberitahukan kepada seluruh warga masyarakat Sunda, dengan rasa prihatin dan cinta yang mendalam terhadap warisan budaya kita, kami mengajak semua untuk merenungkan keadaan budaya peradaban Sunda yang kini terancam. Dimana Sejarah mencatat bahwa wilayah yang kita cintai, yaitu Sunda Besar dan Sunda Kecil, kini telah hilang namanya dari peta Nusantara," ujarnya .

Selain itu, ujarnya, “Penamaan Jawa Barat telah mengaburkan identitas asli kita sebagai Bangsa Sunda, sehingga menjadikan kita terasing dari akar budaya yang seharusnya kita banggakan,” cetus Rd. H. Holil Aksan Umarzen yang juga menjabat sebagai Ketua Umum PM GATRA.

"Lebih dari itu, hilangnya Aksara Sunda, ini merupakan suatu kehilangan yang sangat mendalam. Aksara ini bukan sekadar tulisan; ia adalah cerminan dari jiwa dan pikiran nenek moyang kita. Tanpa aksara, warisan sastra dan pengetahuan yang telah ada selama berabad-abad berisiko punah. Saat ini, banyak di antara kita yang tidak lagi mengenal bahasa Sunda, serta ajaran-ajaran luhur yang terkandung dalam tradisi lisan dan tulisan," kata Rd. H. Holil Aksan Umarzen, nada suaranya penuh kecewa.

31e29e3d-ad0f-48b3-b16f-38036091df0a.jpg

Kata Rd. Holil Aksan, "Orang Sunda Kehilangan Aksara Sunda, ini adalah kerugian besar bagi generasi mendatang. Kita juga sekarang menyaksikan hilangnya banyak ciri-ciri khas budaya Sunda, seperti rumah adat yang kini tergantikan oleh pembangunan yang berorientasi ekonomi semata," cetusnya.

"Lingkungan yang seharusnya kita jaga, seperti sungai dan gunung, mengalami kerusakan akibat eksploitasi yang jauh dari amanah leluhur. Keberadaan benda pusaka seperti Kujang, yang seharusnya diakui sebagai warisan leluhur Sunda, juga belum mendapatkan pengakuan yang layak di tingkat dunia," beber Kang H. Holil Aksan.

Di akhir perbincangan, Rd. Holil Aksan Umarzen, mengingatkan bahwa Maklumat ini juga merupakan upaya untuk melahirkan sumber daya manusia Bangsa Sunda yang memiliki kemampuan berdaya saing di kancah persaingan nasional dan internasional. Dengan memperkuat identitas budaya dan warisan kita, kita akan mampu mencetak generasi yang unggul dalam semua aspek, baik sosial, budaya, ekonomi, maupun kepemimpinan Nasional dan Internasional.

Di samping itu, ujarnya, kami menekankan pentingnya masyarakat Sunda untuk mendapatkan keadilan dari pemerintah pusat. Keadilan ekonomi, pemerataan pembangunan, dan pelayanan publik yang berkualitas adalah hak setiap warga negara. “Oleh karena itu, kami mendorong penambahan pemerintahan kota dan kabupaten di Jawa Barat agar pemerataan pembangunan dapat terwujud,” himbaunya. 

Menurutnya, Hal ini penting untuk memastikan, bahwa masyarakat Sunda tidak terpinggirkan dan dapat menikmati hasil pembangunan secara adil.

Oleh karena itu, Rd. H. Holil Aksan Umarzen mengajak, kepada seluruh masyarakat Sunda, untuk 

  1. 1. Menghidupkan Kembali Nama Wilayah: Mari kita perjuangkan pengakuan terhadap nama-nama wilayah Sunda dalam konteks peta Nusantara, agar identitas kita tidak hilang.

  2. 2. Melestarikan Aksara dan Bahasa: Ajak generasi muda untuk mempelajari dan menggunakan aksara Sunda serta bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari.

  3. 3. Merayakan Warisan Budaya: Selenggarakan kegiatan yang merayakan budaya Sunda, agar kita ingat dan bangga akan kekayaan yang kita miliki.

  4. 4. Menjaga Lingkungan: Kembalikan amanah leluhur dengan menjaga kelestarian alam dan lingkungan, agar warisan budaya kita tetap terjaga.

  5. 5. Mendukung Pengakuan Warisan: Dorong pengakuan global terhadap benda-benda pusaka kita, seperti Kujang, sebagai simbol identitas dan kebanggaan Sunda.

  6. 6. Membangun Kapasitas SDM: Tingkatkan pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat Sunda agar memiliki kompetensi yang mumpuni dalam menghadapi tantangan di tingkat nasional dan internasional.

  7. 7. Memperjuangkan Keadilan: Dukung upaya untuk mendapatkan keadilan dalam hal ekonomi, pembangunan, dan pelayanan publik dari pemerintah pusat dengan adanya pemekaran untuk penambahan minimal 14 pemerintahan tingkat kota/kabupaten di Jawa Barat.

“Maka dengan menjaga dan merawat budaya kita, kita tidak hanya melestarikan sejarah, tetapi juga membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi Sunda yang akan datang. Mari kita bersatu dan berjuang demi identitas kita yang berharga dan menciptakan masyarakat yang berdaya saing tinggi!” himbauannya.

“Semangat untuk melestarikan budaya dan kesejahteraan masyarakat Sunda." seru Kang H. Holil Aksan mengakhiri perbincangannya. (AS).

© Copyright 2024 - Media Online Supergatra.com Suara Pembaharuan Garut Utara
Added Successfully

Type above and press Enter to search.